Dalam agama Islam, kesuksesan tidak diterjemahkan melalui sisi dunia semata tetapi juga berorientasi pada kehidupan di akhirat. Kesuksesan seperti ini hakiki, dimana seseorang memiliki kepribadian yang tenang, terampil, terencana, tekun, tertib, tegar dan tawadhu. Ia juga mempunyai kredibilitas tinggi serta dapat dipercaya atas kejujuran, kecakapan dan kemampuan untuk selalu mengembangkan diri dunia akhirat.
Setiap manusia diwajibkan berusaha dan berdoa serta menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah SWT. Mencari rejeki yang halal menjadi salah satu upaya yang sangat dianjurkan. Tidak ada salahnya untuk terus berusaha agar menjadi pribadi yang sukses. Namun, seringkali kesuksesan yang identik dengan kehidupan mewah dan kecintaan terhadap dunia berlebihan menjadikan seseorang mendapatkan pengaruh buruk dari harta yang melimpah, sehingga ia menjadi hamba yang lalai.
Rasulullah memperingatkan kepada seluruh umat Beliau tentang besarnya fitnah (kerusakan) harta dan kedudukan duniawi dalam merusak agama dan keimanan seseorang.
Peringatan ini tersirat dalam sabda Rasulullah saw, “Tidaklah dua ekor serigala kelaparan yang dilepaskan kepada kambing lebih besar kerusakan (bahaya)nya terhadap kambing tersebut, dibandingkan dengan (sifat) rakus seorang manusia terhadap harta dan kedudukan (dalam merusak/membahayakan) agamanya.” HR. At-Tirmidzi (no. 2376), Ahmad: 3/456, Ad-Darimi (no. 2730), dan Ibnu Hibban (no. 3228); dinyatakan shahih oleh Imam Ibnu Hibban dan Syekh Al-Albani.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesuksesan di dunia bukanlah hal yang mutlak untuk diupayakan. Justru kesuksesan tersebut haruslah menjadi dasar pencapaian kehidupan yang sukses di akhirat. Seorang Mukmin sebaiknya menjaga dirinya dari bahaya fitnah yang disebabkan oleh harta dan kedudukan. Ia harus tetap mempertahankan agama dan keimanannya agar memperoleh kesuksesan yang sama di akhirat.
Salah satu upaya mencapai kesuksesan di dunia adalah bekerja. Rasulullah sendiri merupakan sosok yang patut dijadikan contoh pengusaha sukses yang menekuni bisnis perdagangan. Selain mengajarkan bagaimana seorang Mukmin mencari rejeki yang halal, beliau juga memberikan contoh bagaimana sebaiknya bisnis tersebut dijalankan demi mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Apabila sering terdengar pepatah yang mengatakan untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit, maka seorang pengusaha Muslim dapat meningkatkan visinya untuk sekaligus menaikkan cita-citanya sampai ke akhirat.
Allah berfirman dalam QS. Asy-Syura: 20 yang artinya, “Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat maka akan Kami tambah keuntungan bagi dirinya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia maka akan Kami berikan padanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.”
Dari ayat di atas dapat dipahami maksudnya bahwa untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat sekaligus, maka seorang manusia haruslah berusaha dengan orientasi memperoleh keuntungan atau kesuksesan di akhirat. Hal ini disiratkan pula dalam dalil-dalil yang lain mengenai janji-janji Allah SWT kepada orang-orang yang berorientasi akhirat, bahwa mereka akan sukses dunia dan akhirat.
Rasulullah saw juga bersabda, yang artinya, “Barangsiapa yang obsesinya adalah akhirat, tujuannya akhirat, niatnya akhirat, cita-citanya akhirat, maka dia mendapatkan tiga perkara: Allah menjadikan kecukupan di hatinya, Allah mengumpulkan urusannya, dan dunia datang kepada dia dalam keadaan dunia itu hina.
Barangsiapa yang obsesinya adalah dunia, tujuannya dunia, niatnya dunia, cita-citanya dunia, maka dia mendapatkan tiga perkara: Allah menjadikan kemelaratan ada di depan matanya, Allah mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak datang kecuali yang ditakdirkan untuk dia saja.” (Hr. At-Tarmidzi dan lain-lain; hadist shahih)
Dalam kehidupannya, Rasulullah menerapkan rahasia bisnis yang dapat dijadikan contoh nyata bagi para pengusaha Muslim yang ingin mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Kunci utamanya adalah dengan menjadikan bekerja sebagai lahan menjemput surga. Rasulullah menganggap bahwa bekerja termasuk dalam ibadah manusia kepada Allah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan berharap hasil yang terbaik dalam hidupnya.
Selain itu, Nabi Muhammad saw juga mencontohkan penerapan kejujuran dan kepercayaan.
Beliau juga berfikir visioner, kreatif dan siap menghadapi perubahan. Tidak hanya bermimpi, yang terpenting adalah kemampuan untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Rasulullah juga selalu memiliki pemikiran yang cerdas dalam berbisnis dengan tidak melupakan pentingnya membuat planning dan goal setting yang jelas. Yang terpenting, kewajiban untuk senantiasa bersyukur dengan kondisi yang diterima dimana rasa syukur akan membuat seseorang merasa cukup dan mengundang nikmat-nikmat Allah yang lainnya.