Hakikat Cinta Menurut Pandangan Islam
Pernahkah kita bertanya, apa hakikat sebuah cinta? "Kapan kita dapat bersenang-senang dengan kenikmatan dan kegembiraan cinta?
Memang tepat kalian bertanya tentang hakikat cinta yang sebenarnya dan
bukan cinta yang palsu. Cinta yang sudah matang (cinta orang dewasa) dan
bukan cinta anak remaja yang cepat berkobar dan cepat padam.
Cinta yang dimaksud di sini adalah perasaan yang sudah matang. Yaitu
perasaan yang dapat membedakan antara perasaan dengan kecantikan yang
dangkal, dengan perasaan hakiki dan dengan perasaan cinta seseorang
terhadap sifat-sifat yang sesuai dengan cinta ini.
Perasaan cinta yang matang dan sadar ini adalah perasaan cinta yang
mengetuk pintu hati orang yang sudah dewasa untuk memikul
akibat-akibatnya. Maksud kata-kata tersebut adalah sulitnya menjalankan
kehidupan perkawinan.
Perasaan cinta inilah yang diberkahi oleh Islam.
Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu bahwasanya ada seorang laki-laki
berkata, "Ya Rasulullah, kami memiliki seorang anak yatim perempuan yang
dilamar oleh dua orang pemuda, yang satu kaya dan yang satu miskin.
Akan tetapi dia menginginkan pemuda yang miskin, sedangkan kami
menginginkan pemuda yang kaya." Maka Rasulullah shalhllahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Tidak ada yang bisa dilihat lebih indah oleh
orang-orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan." (Hadits
riwayat Ath-Thabarani dan Ibnu Majah)
Pandangan adalah kejahatan pertama yang menyalakan rasa cinta.
Berapa banyak pandangan yang dihujamkan ke dalam hati yang memilikinya
seperti terhujamnya anak panah tanpa busur dan tanpa tali busur.
Dengan demikian tidak dibolehkan memandang dengan pandangan yang lama,
membakar dan mendalam kepada rahasia-rahasia kecantikan seseorang
kecuali dia hendak menikah. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menyarankan kepada orang yang hendak menikah untuk
melihat perempuan yang hendak dipinangnya atau sebaliknya agar dia dapat
mengetahui rahasia-rahasia kecantikan yang ada pada diri orang yang
akan dipinangnya dan wanita yang dipinangnya juga mengetahui
rahasia-rahasia ketampanan yang dimilikinya. Karena hal itulah yang
dapat menimbulkan rasa cinta di dalam hati keduanya.
Rasa cinta itu tidaklah muncul dari kecantikan dan keindahannya
Akan tetapi cinta adalah sesuatu yang membuat jiwa merasa bertanggung jawab
Akan tetapi cinta adalah sesuatu yang membuat jiwa merasa bertanggung jawab
Dari Muhammad bin Salmah, dia berkata, saya telah meminang seorang
perempuan. Selanjutnya, secara diam-diam aku mendatanginya, sehingga
saya dapat melihatnya di bawah pohon korma miliknya. Kemudian perempuan
itu berkata kepadanya, "Apakah kamu melakukan hal ini sedangkan kamu
adalah shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ?” Maka
mendengar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
"Apabila Allah telah memberikan keinginan di dalam hati seseorang untuk meminang seorang perempuan, maka tidak apa-apa baginya untuk melihat kepadanya." (Hadits riwayat Ibnu Majah dan IbnuHayyan dengan sanad orang lain)
"Apabila Allah telah memberikan keinginan di dalam hati seseorang untuk meminang seorang perempuan, maka tidak apa-apa baginya untuk melihat kepadanya." (Hadits riwayat Ibnu Majah dan IbnuHayyan dengan sanad orang lain)
Dibawah ini adalah percakapan yang terjadi antara Abdul Muluk bin Marwan
dan Batsinah. Dia menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki rasa di
dalam kecantikan. Dan perasaan itu terkadang tergantung bukan pada
postur luarnya saja. Adapun dorongan yang datang dari dalam jiwa itulah
yang lebih kuat daripada dorongan yang datang dari kecantikan yang dapat
dilihat. "Ruh itu laksana pasukan yang dikerahkan seberapa jauh pasukan
itu saling mengenal, sejauh itu pula mereka akan bersatu. Dan seberapa
jauh mereka tidak saling mengenal, sejauh itu pula mereka akan
berselisih."
Kemudian Batsinah masuk ke ruangan Abdul Muluk bin Marwan. Dan Marwan
berkata kepadanya, "Saya tidak melihat sesuatu pun pada dirimu apa yang
dikatakan sebagai kecantikan. Maka Batsinah menjawab, "Wahai Amirul
Mu'minin, sesungguhnya dia belum melihat diriku dengan mata kepalanya
sendiri seperti engkau melihatku saat ini." Kemudian Marwan bertanya,
"Bagaimana saya dapat melihat dirinya dalam kerinduannya?" Batsinah
menjawab, "Dapat dilakukan sebagaimana seorang penyair berkata:
Tidak, demi tunduknya jiwa kepada cinta.
Diriku berada dalam lindungannya itu hanyalah cerita
Tidak ada keinginan dan ungkapannya.
Tidak ada keinginan dan ungkapannya.
Tak ada cinta kecuali hanya pandangan dan ucapan
0 komentar:
Posting Komentar